04 Desember 2018

KUNJUNGAN LEMBAGA DI BALAI KOTA MALANG

Kegiatan Penelitian dan Kunjungan Lembaga merupakan program kerja tahunan Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik. Adapun tujuan dari kegiatan Penelitian dan Kunjungan Lembaga ini yaitu untuk membuka pola pikir mahasiswa Administrasi Publik agar lebih luas serta peka terhadap isu-isu publik yang sifatnya kontemporer. Selain itu dari program kerja penelitian dapat melatih mahasiswa Administrasi Publik dalam membuat skripsi sehingga pada saat mengerjakan skripsi dapat memahami lebih dalam, baik dalam metode kualitatif maupun kuantitatif. Kegiatan Penelitian dan Kunjungan Lembaga periode 2018/2019 dilaksanakan di Kota Malang pada tanggal 01 – 07 Desember 2018 yang diikuti oleh 60 peserta, 56 peserta mahasiswa- mahasiswi aktif Administrasi Publik Universitas Nasional dan 4 Dosen Pembimbing.

KUNJUNGAN LEMBAGA DI BALAI KOTA MALANG


Kunjungan Lembaga Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik yang dilaksanakan di Pemerintah Kota Malang pada tanggal 04 Desember 2018 dengan tema “ Maksimalisasi Potensi Kampung Glintung Go Green ( 3G ) . Dengan tema yang diambil ini, menimbulkan ketertarikan kami untuk meneliti lebih dalam bagaimana bisa terbentuk kampung yang sebelumnya kumuh, sering banjir jika terjadi hujan menjadi kampung Go Green yang tiap sudutnya terdapat tanaman-tanaman hijau.

Adapun tujuan dari Kunjungan lembaga ke Pemerintah Kota Malang ini adalah untuk melaksanakan Forum Group Discussion (FGD) dan memperoleh data-data yang menjadi pertimbangan valid atau tidaknya data penelitian yang telah kami dapat dari beberapa informan. Dalam FGD yang dimoderatori oleh Kabag Layanan Pengadaan Barang Jasa Sekda Pemkot Malang Drs R. Wijaja Saleh Putra sekaligus sebagai narasumber dan beberapa narasumber lainnya yang hadir dalam membahas Kampung Glintung Go Green di atas dari beberapa prespektif yang ada yaitu : 

1.      Staff Ahli Bappeda Pemkot Malang

2.      Staff Balitbang

Dalam perspektif pertama yang bersumber dari Kabag Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekda Pemkot Malang membahas mengenai bisa terbentuknya Kampung Glintung Go Green melalui mindset warga. Dalam melakukan perubahan dari sebelumnya tidak baik menjadi baik yang harus dilakukan pertama-tama adalah mengubah mindset seluruh warga sekitar untuk mengubah lingkungannya menjadi baik. Kampung Glintung Go Green ini terbentuk karna mindset warga yang ingin daerah tempat tinggalnya menerapkan hidup sehat dan bebas banjir ketika musim hujan datang. Mengubah mindset itu tidak mudah butuh proses yang panjang sehingga bisa tercipta mindset masyarakat untuk hidup lebih sehat. 

Pemkot Malang juga terus menguatkan dan merealisasikan program 100:0:100 yaitu pencapaian target 100% akses air minum, 0 % pemukiman kumuh, 100% akses sanitasi layak. Program ini bekerjasama dengan beberapa universitas dan organisasi yang berkecimpung di bagian sanitasi. Anggaran yang diberikan pemerintah sebesar 2.7 M dan program ini merupakan program yang terintegritas dalam waktu yang tidak terbatas. 

Dalam membangun Kampung Glintung Go Green, Bapak Bambang Irianto selaku Ketua RW 23 sekaligus pencetus Kampung Glintung Go Green beserta warga kampung Glintung membutuhkan waktu yang panjang untuk membangun kampung glintung menjadi kampung Go Green seperti saat ini.

Dalam perspektif kedua yang dijelaskan oleh Staff Ahli Bapped Pemkot Malang dalam mengembangakan sanitasi di Kampung Glintung dan juga daerah-daerah lainnya di Kota Malang, Pemerintah Kota Malang bekerja sama dengan beberapa Universitas dan Organisasi yang berkaitan dengan sanitasi. Di Glintung banyak resapan air yang dibuat dengan berbagai macam ukuran. Resapan air ini berfungsi juga untuk menampung air hujan agar ketika musim kemarau tiba, air yang ada di resapan bisa digunakan untuk berbagai hal yang semestinya. Namun seiring perkembangan dan kemajuan dari Kampung 3G ini, tidak ada intervensi Pemerintah untuk menerapkan hal yang sama di kampung-kampung lainnya. Ketimpangan sosial ini membuat kecemburuan kampung sebelah dimana ketika Kampung Glintung sering mendapat penghargaan tetapi tidak bisa dirasakan oleh kampung sebelahnya, sangat berbanding terbalik dengan kesuksesan Kampung 3G ini.







'